Beranda | Artikel
Adakah Ramalan Jodoh dan Kecocokan? Begini Cara dan Kriteria Memilih Pasangan Dalam Islam
Rabu, 6 November 2019

Bersama Pemateri :
Ustadz Kholid Syamhudi

Adakah Ramalan Jodoh dan Kecocokan? Begini Cara dan Kriteria Memilih Pasangan Dalam Islam adalah bagian dari ceramah agama dan kajian Islam dengan pembahasan Fiqhul Usrah (Fiqih Keluarga). Pembahasan ini disampaikan oleh Ustadz Kholid Syamhudi, Lc. pada hari Sabtu, 19 Muharram 1440 H / 29 September 2018 M.

Download juga kajian sebelumnya: Godaan Menjelang Pernikahan: Mengapa Harus Memilih

Kajian Ilmiah Tentang Adakah Ramalan Jodoh dan Kecocokan? Begini Cara dan Kriteria Memilih Pasangan Dalam Islam

Pada hari ini insyaAllah kita akan membahas tentang kriteria pasangan yang dianjurkan Rasulullah Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam yang harus kita jadikan sebagai sarana untuk mencapai kebahagiaan rumah tangga kita.

Kriteria Memilih Pasangan Bagi Laki-Laki

1. Baik Agamanya dan Akhlaknya Mulia

Diantaranya Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam pernah bersabda dalam hadits yang dibawakan Imam Al-Bukhari dan Imam Muslim:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لِأَرْبَعٍ : لِمَالِهَا ، وَلِحَسَبِهَا ، وَلِجَمَالِهَا ، وَلِدِينِهَا ، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّينِ تَرِبَتْ يَدَاكَ

“Wanita dinikahi karena empat sebab; karena hartanya, karena status sosialnya, karena cantiknya, dan karena agamanya. Maka pilihlah yang memiliki agama baik kamu akan beruntung.” (HR. Bukhari dan Muslim) Dalam riwayat Imam Ahmad bin Hambal ada tambahan, “Dan yang berakhlak mulia.”

Dalam hadits yang mulia ini Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan satu kriteria yang kita harus perhatikan bila ingin beruntung dan ingin sukses dalam rumah tangga kita. Yaitu kriteria agama yang baik dan akhlak yang mulia. Sehingga orang yang mendapatkan istri yang shalihah itu telah mendapatkan bekal yang baik, modal yang baik, untuk bisa membentuk rumah tangga yang lebih baik. Oleh karena itu Nabi juga menyampaikan dalam hadis yang lainnya:

الدُّنْيَا مَتَاعٌ وَخَيْرُ مَتاعهَا المَرْأَةُ الصَّالحةُ

“Dunia ini adalah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan adalah wanita yang shalihah.” (HR. Imam Muslim)

Ada anjuran dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk mendapatkan atau mencari wanita yang shalihah. Yaitu yang agamanya baik dan akhlaknya mulia. Bahkan ada perintah khusus dari Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam untuk kita memiliki istri yang shalihah. Kata beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

لِيَتَّخِذْ أَحَدُكُمْ قَلْبًا شَاكِرًا وَلِسَانًا ذَاكِرًا وَزَوْجَةً تُعِينُ أَحَدَكُمْ عَلَى أَمْرِ الْآخِرَةِ

“Hendaknya kalian mengambil atau memiliki hati yang bersyukur, lisan yang terus berzikir dan istri yang membantu kamu dalam urusan akhirat.” (HR. Ahmad)

Perintah Nabi untuk kita semua memiliki hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir, dan istri yang membantu kita dalam urusan akhirat. Menunjukkan bahwasanya kita butuh istri yang mampu membawa kita menuju keselamatan akhirat nanti. Dan dia adalah wanita yang shalihah. Dan dalam riwayat yang lainnya dikatakan:

يَا مُعَاذُ، قَلْبٌ شَاكِرٌ، وَلِسَانٌ ذَاكِرٌ، وَزَوْجَةٌ صَالِحَةٌ تُعِينُكَ عَلَى أَمْرِ دُنْيَاكَ، وَدِينِكَ خَيْرٌ، مَا اكْتَنَزَ النَّاسُ

“Wahai Muadz, hati yang bersyukur, lisan yang berdzikir, dan istri yang shalihah, yang membantu kamu dalam urusan dunia dan agama kamu, itulah sebaik-baiknya perhiasan yang disimpan oleh manusia.” (HR. Imam Al-Baihaqi)

Ini menunjukkan bahwa Nabi kita Muhammad Shalallahu ‘Alaihi wa Sallam menganjurkan kita untuk terus mencari istri yang shalihah. Yaitu yang mempunyai sifat agamanya baik dan juga akhlaknya mulia.

2. Penyayang dan Punya Banyak Anak

Dan juga Nabi menyampaikan kepada kita kriteria yang kedua. Yaitu sabda beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam

تَزَوَّجُوْا الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ فَإِنِّي مُكَاثِرُ الْأَنْبِيَاءِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

“Nikahilah oleh kalian perempuan yang punya sifat-sifat baik (yang dia mudah mencintai dan mudah dicintai oleh suaminya), yang subur (yang dia mampu melahirkan anak), karena aku akan berbangga-bangga dengan jumlah kalian di hari kiamat nanti.” (HR. Bukhari)

Perintah Nabi ini menyangkut dua perkara: Pertama, menikahi yang punya sifat baik, yang dia mampu untuk mencintai anak-anaknya karena sifat-sifat yang dimilikinya. Sehingga anak itu bukan hanya lahir banyak, tapi juga terpelihara anak tersebut, terjaga baik fisiknya maupun pendidikan anak-anak tersebut. Dan anak itu akan menurunkan sifat-sifat yang baik dari sang ibu. Kita tahu bahwasanya faktor genetika juga punya peran yang cukup berpengaruh dalam membentuk karakter, membentuk sifat-sifat yang ada pada anak-anak tersebut.

Kedua, yaitu yang mampu melahirkan. Disini menunjukkan bahwa anak termasuk dalam maksud syariat/tujuan syariat pernikahan. Sehingga orang yang menikah juga harus punya niat untuk punya keturunan karena itu termasuk diantara sebab disyariatkannya pernikahan.

Kata Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam “Karena aku berbangga-bangga kepada para Nabi-Nabi yang lainnya akan banyaknya jumlah kaum muslimin dan juga kualitasnya yang baik di hari kiamat nanti.” Karena tidak mungkin Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam berbangga-bangga dengan Nabi lain bila umatnya hanya banyak saja dan tidak berkualitas. Maka Nabi sampaikan, “الْوَدُوْدَ الْوَلُوْدَ”. Dengan الْوَلُوْدَ akan memperbanyak jumlah kaum muslimin dan dengan الْوَدُوْدَ bisa memberikan kepada anak-anak itu kualitas yang baik.

3. Perawan

Kata beliau Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

عَلَيْكُمْ بِالْأبْكَارِ فَإِنَّهُنَّ أَعْذَبُ أَفْوَاهًا وَأَنْتَقُ أَرْحَامًا وَأَرْضَى بِالْيَسِيْرِ

“Pilihlah yang perawan, karena dia itu lebih menyejukkan mulut-mulutnya, lebih bersih rahim-rahimnya, lebih ridha dengan yang sedikit.” (HR. Ibnu Majah) Dalam riwayat yang lain disampaikan: “lebih sedikit tipu dayanya.”

Orang yang perawan dalam artian yang sesungguhnya, maka dia akan mudah untuk mencintai suaminya dan bisa untuk memberikan semuanya kepada sang suami. Berbeda dengan perempuan atau gadis yang banyak memiliki teman-teman, yang sedang berpacaran kanan kiri, maka dia lebih tidak mampu untuk memberikan segalanya sebagaimana mereka yang perawan yang dia memang memiliki malu yang sangat tinggi. Maka kata Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, kalau ada perawan, ini hanya dimintai izin. Dan izinnya adalah dengan diamnya dia.

Oleh karena itu Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyampaikan beberapa kriteria yang penting untuk kita miliki agar kita bisa memberikan prioritas dalam memilih pasangan hidup kita. Bahkan Nabi juga menyampaikan bahwa wanita yang shalihah ini adalah satu diantara empat kebahagiaan yang didapatkan oleh seorang manusia.

Kriteria Memilih Pasangan Bagi Wanita

Demikian juga untuk para walinya, harus ada disana pengetahuan yang lengkap tentang keadaan lelaki yang melamarnya dan memberikan persetujuan dengan melihat pada hadits Nabi kita Muhammad Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:

إِذَا جَاءَكُمْ مَنْ تَرْضَوْنَ دِينَهُ وَخُلُقَهُ فَأَنْكِحُوهُ إِلاَّ تَفْعَلُوا تَكُنْ فِتْنَةٌ فِى الأَرْضِ وَفَسَادٌ عَرِيضٌ

“Apabila datang kepada kalian orang yang kalian ridhai akhlak dan agamanya. Maka nikahkanlah ia. Kalau tidak, akan muncul fitnah dan kerusakan yang besar.” (HR. Tirmidzi)

Sehingga para wali harus mengenal dengan baik siapa yang melamarnya. Dengan cara bertanya siapakah dia, mencari tahu informasi tentang dia, berusaha melihat dari orang-orang terpercaya yang tahu betul dengan keadaan sangat laki-laki tersebut. Sehingga tidak akan merusak rumah tangga anak tersebut dan tidak menghancurkannya.

Dengan seperti ini, orangtua memiliki peran yang cukup signifikan dalam memilih pasangan anaknya. Hal ini bukan berarti menafikan peran dan pilihan sang anak. Namun karena orang tua lebih berpengalaman, lebih mudah untuk mencari pengetahuan tentang laki-laki tersebut, lebih sayang kepada anaknya dan lebih paham tentang anaknya daripada anak itu sendiri. Ditambah lagi sang wanita biasanya lebih mengedepankan perasaannya atau kesukaannya ketimbang melihat kepada akibat yang muncul dari pernikahan tersebut.

Apalagi pada zaman sekarang seorang laki-laki sangat bisa memberikan opini yang beragam kepada sang wanita sehingga sang wanita akhirnya menerima tanpa melihat dengan benar keadaan sang laki-laki tersebut. Ditambah lagi perasaan ingin memiliki suami yang cukup kuat akan membuat ia tidak objektif dalam menilai sang calon suami.

Sehingga Islam dengan kemudahan, kelengkapan dan keindahannya memberikan kepada para wali untuk memilihkan calon suami kepada anak-anaknya. Disini menunjukkan bahwa perjodohan bukanlah hal yang terlarang dan juga bukan hal yang negatif apabila sang wali menjodohkan dengan orang yang tepat dan baik untuk putri-putrinya.

Kalau ternyata kemudian didapatkan agamanya baik, akhlaknya baik, sang perempuan pun demikian juga (shalihah), maka laki-laki yang shalih bersama wanita yang shalihah akan membangun rumahnya menjadi rumah yang shalih. Karena kata Allah:

وَالْبَلَدُ الطَّيِّبُ يَخْرُجُ نَبَاتُهُ بِإِذْنِ رَبِّهِ ۖ وَالَّذِي خَبُثَ لَا يَخْرُجُ إِلَّا نَكِدًا ۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ الْآيَاتِ لِقَوْمٍ يَشْكُرُونَ ﴿٥٨﴾

Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.” (QS. Al-A’raf[7]: 58)

Perumpamaan yang cukup indah dari Allah Subhanahu wa Ta’ala yang mengatakan bahwa bila tanahnya bagus, petaninya bagus, maka akan muncul tanaman yang bagus. Tapi bila kemudian tanahnya rusak, berantakan, ditambah juga petaninya tidak bisa mengelola tanah, maka sangat susah diharapkan akan muncul tunas tanaman yang tumbuh subur di atasnya.

Simak dan download mp3 kajian Islam Tentang Adakah Ramalan Jodoh dan Kecocokan? Begini Cara dan Kriteria Memilih Pasangan Dalam Islam

Jangan lupa untuk turut serta berbagi link download ceramah Membina Rumah Tangga di media sosial yang Anda miliki, seperti facebook, twitter, atau pun yang lainnya. Semoga Allah membalas kebaikan Anda dengan pahala berlimpah.


Artikel asli: https://www.radiorodja.com/47923-adakah-ramalan-jodoh-dan-kecocokan-begini-cara-dan-kriteria-memilih-pasangan-dalam-islam/